Senin, 01 Desember 2014

Desain Sebagai Keahlian
Desain adalah keahlian yang sangat kompleks dan rumit. Desain bukanlah keahlian mistik yang diberikan hanya kepada mereka yang mempunyai kekuatan terpendam melainkan keahlian yang buat kebanyakan orang harus dipelajari dan dipraktikan mirip seperti memainkan olah raga atau peralatan musik. Coba pertimbangkan kutipan berikut:
 
Bengkokan lututmu secara perlahan, lalu selagi tubuh bagian atasmu mendekat ke arah bola, jangan sampai pinggangmu terlalu membungkuk. Tangan spenuhnya meraih bola, tetapi alami, tanpa perasaan harus memukul bola itu... ayunan tongkat ke belakang dengan lengan kiri lurus, membiarkan siku kanan menekuk melingkarai tubuh... kepala harus ditahan untuk memandang bola... kepala adalah titik pivot ketika tubuh dan ayunan harus berfungsi.                             
Lee Trevino (1972)/ Can Help Your Game
 
Jagalah agar bibir tertutup perlahan, tarik bibir sedikit hingga ke ujung seperti ketika kamu setengan senyum, hati-hati jangan sampai menariknya ke dalam sama sekali selama proses berlangsung “Senyum”, yang mungkin agak mengejek ini, harus menarik pipi ke dalam, rapat ke gigi-gigi dibagian pinggir di bagian ujung. Sekarang, saat meniup lubang suling (embouchure) melalui pinggiran luarnya, naps akan sedikit membuka bagian tengah bibir dan, ketika tiupan udara menekan pinggiran luar, kepala suling akan berbunyi.
F. B. Chapman (1973) Flute Technique
 
Kedua kutipan di atas di ambil dari buku-buku mengenai keahlian, memainkan gilf dan memainkan seruling. Kedua kutipan terutama berkenaan dengan saran mengenai arah si pembelajar harus menunjukan perhatiannya. Beberapa orang mungkin memegang tongkat golf dan mengayunkannya secara alami atau dengan mudahnya membunyikan seruling. Bagi mereka  buku-buku ini mungkin sedikit manfaatnya, tetapi bagi kebanyakan orang  keahlian macam ini harus diperoleh pada mulanya melalui perhatian pada hal-hal mendetail. Hanya pada keahlian yang sangat maju, kita dapat melakukannya dengan tak sadar. Seorang pegilf yang berlatih tidak berpikir mengenai ayunan tangannya, melainkan mengenai kursusnya, dan seorang peniup seruling akan melupakan lubang sulingnya dan berkonsentrasi pada not balok. Lagi pula siapa yang dapat memberikan ekspresi pada musik ketika pikirannya penuh dengan saran Chapman mengenai posisi bibir? Begitu pula dengan desain. Kita mungkin bekerja dengan baik justru ketika kita berpikir sangat sedikit mengenai tekniknya. Akan tetapi, seorang pemula tetap harus menganalisis terlebih dahulu dan mempraktikan semua elemen keahliannya. Kita harus ingat bahwa orang yang paling berebakat sekalipun, pegolf dan pemusik profesional, tetap diuntungkan dari pelajaran macam itu.
 
Filsuf inggris yang bernama, Ryle (1949) menyatakan bahwa “Pemikiran adalah permasalahan latihan (drills) dan keahlian (skills), “dan kemudian psikolog Bartlett (1958) menyatakan juga bahwa  “ kegiatan berpikir harus dianggap sebagai keahlian kompleks dan tingkat tinggi.” Baru-baru ini telah banyak penulis yang menganjurkan pada pembacanya untuk mempraktikkan keahlian berpikir semacam ini. Salah satu yang patut dicatat adalah Edward de bono (1968) yang merangkum pesan penulis-penulis tadi menjadi “ Pada dasarnya, lebih penting bagi kita untuk menjadi ahli dalam berpikirketimbang kita di jejali dengan fakta-fakta”. Kita akan kembali pada beberapa teknik berpikir yang relevan ketika kita telah menganalisis lebih mendalam sifat-siafat permasalahan desain.[]


Categories:

0 komentar:

Posting Komentar